TEORITIS TENTANG TROMBOSIS
2.1
Pengertian Trombosis
Trombosis Vena
Dalam (Deep Vein Thrombosis (DVT)) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
ditemukannya bekuan darah di dalam vena dalam. Bekuan yang terbentuk di dalam
suatu pembuluh darah disebut trombus. Trombus bisa terjadi baik di vena
superfisial (vena permukaan) maupun di vena dalam, tetapi yang berbahaya adalah
yang terbentuk di vena dalam.
Trombosis vena
dalam sangat berbahaya karena seluruh atau sebagian dari trombus bisa pecah,
mengikuti aliran darah dan tersangkut di dalam arteri yang sempit di paru-paru
sehingga menyumbat aliran darah. Trombus yang berpindah-pindah disebut emboli.
Semakin sedikit
peradangan di sekitar suatu trombus, semakin longgar trombus melekat ke dinding
vena dan semakin mudah membentuk emboli. Penekanan pada otot betis bisa
membebaskan trombus yang tersangkut, terutama ketika penderita kembali aktif.
Darah di dalam vena tungkai akan mengalir ke jantung
lalu ke paru-paru, karena itu emboli yang berasal dari vena tungkai bisa
menyumbat satu atau lebih arteri di paru-paru. Keadaan ini disebut emboli paru.
Emboli paru yang besar bisa menghalangi seluruh atau hampir seluruh darah yang
berasal dari jantung sebelah kanan dan dengan cepat menyebabkan kematian.
2.2
Penyebab trombosis
Tiga
faktor terpenting yang berperan dalam pembentukan thrombus atau thrombosis,
yang dikenal dengan nama Triat Virchow
ialah:
1. Perubahan
dinding pembuluh darah.
2. Perubahan
aliran darah
3. Perubahan
komposisi darah
a. Perubahan
dinding pembuluh darah
Perubahan
diding pembuluh dapat ditemukan pada vena ataupun arteri. Perubahan otot
jantung dan katubnya termasuk dalam kategori ini. Penyakit-penyakit vena yang
merupakan faktor predisposisi terjadinya thrombosis ialah tromboflebitis,
zat-zat kimia yang digunakan untuk merangsang obliterasi vena (skleroterapi)
atau trauma karena kateter. Pada arteri, troombus paling sering terjadi pada
jejas aterosklerosis yang mengalami ulserasi. Pada cabang-cabang aorta seperti
pada: aorta koronaria dan aorta sereblalis dengan lumen sempit sering terjadi
thrombus yang mengakibatkan sumbatan. Berbagai bentuk radang pembuluh darah
merupakan faktor prediposisi timbulnya thrombosis. Pada penyakit poliartritis
nodosa, thrombus terdapat di arteri. Penyakit winiwarter- buerger atau tromboangitis
obliterans ditandai dengan pembentukan thrombus baik di dalam arteri maupun
vena ekstremitas tubuh. Thrombus dinding ventrikel jantung kiri terlihat
menutupi infark miokard. Endokarditis bacterial dapat menyebabkan thrombus pada
katub jantung. vegetasi pada katub akibat endokarditis marantik juga
menimbulkan thrombosis.
b. Perubahan
aliran darah
Aliran
darah yang lamabat merupakan predisposisi terjadinya thrombosis, ditandai
dengan statis atau peningkatan turbulensinya. Yang paling khas perubahan ini terjadi
pada vena Verikosa, aneurisma aorta, vena sistemik atau paru pada gagal jantung
kondestif. Perubahan aliran darah sering terjadi pada vena. Dengan demikian
thrombus lebih sering dijumpai pada
pelebaran vena. Varises sering terjadi pada vena superficial tungkai, pleksus
pampiniformis, pleksus hemoroidalis dan ujung distal esophagus. Tumor yang
medesak vena dan stenosis mitralis jantung juga dapat menimbulkan thrombus.
c. Perubahan
komposisi
Perubahan
komposisi darah yang merupakan faktor predisposisi thrombosis sering dikaitkan
dengan peningkatan kekentalan (hiperviskositas) darah, seperti pada polisitemia
atau makroglobulinemia waldenstrom. Kecendrungan eritrosit untuk lebih mudah
melekat dapat dijumpai pada anemia sel
sabit, kehamilan dan komsumsi kontrasepsi oral. Anemia sel sabit menyebabkan
pembentukan thrombus karena sel sarah merah yang abnormal cenderung membentuk
gumpalan pada pembuluh darah kecil. Kehamilan dan obat kontrasepsi oral
meningkatkan daya gumpal darah. Pada tumor ganas thrombus terbentuk karena sel
tumor menghasilkan tromboplastin.
2.3 Gejala thrombosis
Sekitar 50% penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Jika trombosis menyebabkan peradangan hebat dan penyumbatan aliran darah, otot
betis akan membengkak dan bisa timbul rasa nyeri, nyeri tumpul jika disentuh
dan teraba hangat. Pergelangan kaki, kaki atau paha juga bisa membengkak,
tergantung kepada vena mana yang terkena. Beberapa trombus mengalami
penyembuhan dan berubah menjadi jaringan parut, yang bisa merusak katup dalam
vena. Sebagai akibatnya terjadi pengumpulan cairan (edema) yang
menyebabkan pembengkakan pada pergelangan kaki. Jika penyumbatannya tinggi,
edema bisa menjalar ke tungkai dan bahkan sampai ke paha. Pagi sampai sore hari
edema akan memburuk karena efek dari gaya gravitasi ketika duduk atau berdiri.
Sepanjang malam edema akan menghilang karena jika kaki berada dalam posisi
mendatar, maka pengosongan vena akan berlangsung dengan baik. Gejala lanjut
dari trombosis adalah pewarnaan coklat pada kulit, biasanya diatas pergelangan
kaki. Hal ini disebabkan oleh keluarnya sel darah merah dari vena yang teregang
ke dalam kulit. Kulit yang berubah warnanya ini sangat peka, cedera ringanpun
(misalnya garukan atau benturan), bisa merobek kulit dan menyebabkan timbulnya
luka terbuka (ulkus, borok).
2.4 Jenis thrombus
a. Ditinjau
dari bentuknya terdapat berbagai macam thrombus. Trombus yang menyebabkan
sumbatan lumen pembuluh disebut thrombus oklusi
Yang terbentuk sepanjang pembuluh darah dan merupakan
perpenjangan thrombus dinamakan propaganting thrombus
·
Saddle
atau riding thrombus memanjang masuk ke dalam cabang pembuluh.
·
Mural atau parietal thrombus sebagian
melekat pada didnding dan sebagian lagi seolah-olah berenang dalam darah
sehingga tidak menyebabkan oklusi. Kadang-kadang thrombus mural ini bertangkai
sehingga disebut pedunculate trombus. Bila
terlepas dan hanyut bersama aliran darah dapat tersangkut pada ostium karena
ukurannya besar, merupakan ball thrombus. Trombus bola ini sebenarnya bukan
thrombus tetapi embolus karena tidak lagi melekat pada dinding.
b. Ditinjau
dari warnanya thrombus dapat dibagi menjadi:
·
red thrombus
·
white thrombus
·
mixed thrombus
c. ditinjau
dari pada saat terbentuknya thrombus dapat dibagi menjadi:
·
fresh thrombus
·
Old thrombus
d. Ditinjau
dari ada tidaknya kuman thrombus dapat dibagi menjadi:
·
Septic thrombus
·
Bald (sterile) thrombus
e. Berdasarkan
antominya trombud dapat berupa:
·
Thrombus vena
Trombus
vena sering terjadi pada vena safenamagna dan vena profunda betis, pelvis,
mesenterium dan vena porta. Kalau merupakan penyulit flebitis, disebut
tromboflebitis yang harus dibedakan dalam teori dengan flebotrombosis.
Ciri-ciri flebotrombisis ialah thrombus primer berada dalam vena, radang
merupakan penyulit thrombus dan thrombus tidak begitu melekat.
·
Trombus arteri
Trombus arteri sering dijumpai pada pembuluh yang mengalami
etaroklorosis, juga akibat radang dan hal lain. Misalnya thrombus pada tungkai
bawah.
Thrombus jantung bisa berupa thrombus
kardial yang terjadi pada ventrikel kiri akibat infark miokard, bisa berupa
ball thrombus pada artrium akibat stenosis mitralis. Sedangkan thrombus katub
berupa vegetasi tersering ditemukan di sebelah kiri pada proses peradangan
katub.
2.5
Akibat
thrombus
Secara umum akibat yang ditimbulakan oleh
thrombus bergantung pada besar dan jenis thrombus, pembuluh darah yang terlibat
serta ada tidaknya kolateral. Akibat tersebut meliputi statis darah, bendungan
pasif, edema dan kadang-kadangkarena nekrosis.
Pada arteri thrombus bisa menyebabkan
iskemi, nekrosis, infark, dan gangrene. Tetapi nekrosis tidak terjadi bila
kolateral yang terbentuk mencukupi. Trombus pada atrium kiri dapat menjadi ball
thrombus dan menyumbat arteri koronaria. Peradangan dan infeksi pada thrombus
septic terjadi karena thrombus atau bagianya terlepas, hanyut dan tersangkut
pada pembuluh darah perifer.
Trombosis juga bisa terjadi pada orang sehat yang duduk terlalu
lama (misalnya ketika menempuh perjalanan atau penerbangan jauh). Beberapa
faktor resiko lainnya adalah:
- Riwayat trauma pada tubuh daerah bawah, seperti fraktur pinggul, tulang paha dan kaki.
- Obesitas
- Gagal jantung
- Berada pada ketinggian sekitar diatas 14000 kaki.
- Pada pengguna estrogen, seperti pada obat - obatan kontrasepsi.
- Kanker
- Pada pasien dengan DIC (gangguan pembekuan intravaskuler) yang biasanya disertai infeksi atau gagal organ.
- Usia lanjut
2.6 Perjalanan thrombus
Trombus akan mengalami berbagai
perjalanan atau nasib yang berbeda-beda bergantung pada lokasi, ukuran dan
perlekatan pada dinding pembuluh thrombus kecil bisa mengalami lisis akibat
enzim fibrinolitik seperti plasmin. Thrombus yang kurang erat melekat atau
sebagian darinya bisa lepas dan diangkut
oleh darah sebagai trombo embolus. Pertumbuhan jaringan granulasi dinding
pembuluh darah ke dalam thrombus akan menyebabkan organisasi. Di sini massa
pembentuk thrombus robek, fibrin menghilang sehingga massa tersebut menjadi
homogen. Pada akhirnya, thrombus semacam itu, dapat mengalami rekanalisasi
didahului oleh proses masuknya fibrinoblas serta endotel kapiler ke dalam
thrombus dan membentuk ruangan. Lama kelamaan ruangan ini melebar dan
sambung-menyambung merupakan saluran (kanal) baru.
Thrombus juga dapat mengalami
kalsifikasi, pengapuran, yang sering ditemukan pada vena-vena kecil dan
jarang-jarang pada arteri. Benda kapur pada vena disebut flebolit, sedangkan
yang pada arteri dinamakan ateriolit.